Pilihan prioritas keluarga atau pekerjaan?
Seringkali kita kesulitan menentukan mana yang lebih penting antara keluarga dan pekerjaan. Dari logika, jika kita ingin sukses di keluarga, maka kita harus menganggap penting pekerjaan sebagai penyokong ekonomi keluarga, dan jika kita ingin sukes dalam karir pekerjaan kita pun juga harus mendapatkan dukungan dari keluarga. Jadi salah, jika kita hanya menitikberatkan pada satu bidang saja. Maka dari itu kita harus pandai-pandai menempatkan diri, di mana porsi untuk keluarga harusnya lebih besar yaitu misal 60% dan porsi untuk pekerjaan 40%. Jadi untuk menjawab judul di atas, kita harus tegas menjawa yang diprioritaskan adalah keluarga. Jika kita memang lebih mementingkan keluarga, sudah pasti kerja kita akan lebih giat, karena ada keluarga yang menunggu di rumah untuk disejahterakan, sedangkan jika kita hanya mengutamakan pekerjaan kita akan lupa apa arti dari sebuah keluarga, yang kita pikirkan hanyalah bagaimana supaya pundi-pundi keuangan menggunung. Anak kita tak mengenal ayahnya, istri kita tak lagi seromatis dulu. Jika kita tak ingin kehilangan hal tersebut kita harus segera menyelesaikan pekerjaan kita di tempat kerja lalu menutup semua itu dan memberikan senyuman bagi keluarga meski kita merasa lelah karena pekerjaan tersebut.
Prioritas memang sudah jelas yaitu keluarga, namun dalam berbagai kasus, terutama mereka yang menjalani pernikahaan muda, banyak kepala keluarga yang begitu terobsesi dengan pekerjaan mereka karena masa muda adalah saat di mana hasrat untuk mendapatkan keberhasilan menggebu-gebu. Tak peduli meski istri atau anak menunggu di rumah. Lupa pada orang tua yang sebenarnya menunggu kabar dari anak kesayangan mereka. Pada akhirnya hal tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman dan kurangnya komunikasi bahkan tak hanya dengan keluarga, namun juga dengan orang tua sendiri atau mungkin lebih para dengan orang lain.
Jika prioritas kita keluarga, hidup kita akan lebih damai, obsesi masa muda memang perlu, namun dengan kasih sayang dari keluarga, kita bisa lebih berkasih sayang juga pada pekerjaan kita. Sehingga setiap langkah yang diambil dalam pekerjaan juga mempertimbangkan bagaimana kondisi dalam keluarga. Dan tak ada lagi kata-kata "terburu-buru tanpa pikir panjang", namun adanya kata "terburu-buru namun tetap berhati-hati". Anggap keluarga juga sebagai pekerjaan kita yang tujuannya untuk kita sejahterakan. Sehingga keluarga tak menjadi beban dalam pekerjaan kita. Karena sejak awal keluarga memang menjadi tujuan kita.
Jadi bisa disimpulkan bahwa kita harus tegas memilih keluarga, keluarga yang membuat kita memiliki alasan untuk bekerja sebaik mungkin, segiat mungkin. Pekerjaan bisa dicari berkali-kali bahkan tak ada habisnya, namun keluarga yang merupakan nadi kehidupan kita harus kita nomor satukan dan pertahankan. Sebagai kepala keluarga yang bijak tentunya kita tak hanya melogikakan masalah ini namun juga memahami masalah ini dengan hati. Semoga kita mampu membangun keluarga yang bahagia dan sejahtera.
0 komentar:
Posting Komentar